"Magic Happens Outside Your Comfort Zone"
Kalimat ini berputar di kepala saya sekarang. Sudah lama saya tau quote itu, dan baru sadar setelah membaca tulisannya Gita di sini. Kita sudah terlalu nyaman dengan zona nyaman kita, kita butuh jeda dan ruang untuk keluar, membuka kembali cakrawala kita tentang dunia luar. Tidak melulu soal Aku, Aku, dan Aku.
Setelah melewati minggu minggu sulit karena merasa saya tidak berkembang dan tidak kreatif, setelah berusaha keluar dan melakukan hal baru yaitu ngumpul sama teman-teman yang satu passion yaitu dengerin musik, lalu akhirnya saya merasa baikan dan kembali lumayan kreatif, saya berani menyimpulkan ketika kita sedang mumet, keluarlah sebentar, ambil jeda untuk sendiri atau ngobrol sama teman-teman yang satu passion, ngobrol yang kita suka, ngobrol tentang dunia sekitar.
Saya kemudian tertohok dengan lagu Jakarta Ramai dari Maudy Ayunda yang gak sengaja keputer ketika saya lagi kerja akhir minggu lalu.
"Apakabar mimpi-mimpimu, apa kau tinggal begitu saja. Apakabar angan-anganmu, hari ini"
Lalu kemudian saya kembali tertohok dengan seorang Strategis atau Planner dari kantor saya yang presentasi mengenai campaign yang akan saya jalanin. Saya beberapa kali merinding ketika ngedengerin dia presentasi, dan dia sempet cerita tentang pengalamannya jadi Pengajar Muda, gak melulu tentang Aku, Aku dan Aku. Keluarlah dari zona nyaman, maka kamu akan mendapat banyak pelajaran berharga.
Saya tidak mau terkungkung dalam zona nyaman. Saya harus keluar dari zona nyaman ini. Kurangin istilah MaGer, keluarlah, lihat dunia yang lebih luas, seraplah ilmu sebanyak-banyaknya.
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepala saya. Andai saya bisa tau apa yang akan terjadi di depan, andai saya bisa tau saya akan menjadi apa beberapa tahun yang akan mendatang, mungkin saya akan lebih tenang. Tapi enggak si, hidup saya akan malah menjadi lebih datar dengan mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan.
Saya teringat beberapa minggu lalu, saya nanya ke Bapak saya di perjalanan sepulang dari nyari-nyari rumah.
"Pak, kira-kira berapa generasi lagi ya sampai kita punya rumah kayak gitu?"
Bapak tersenyum dan bilang
"Gak perlu bergenerasi-generasi. Kalau nasib kamu baik, kamu juga bisa punya rumah yang begitu"
Dari situ saya mikir, oiyaya, om saya yang sekarang kerja di KBRI dan kerjanya pindah-pindah negera juga dengan satu generasi bisa ngerubah nasib keluarganya. Lalu ada pertanyaan menyusul setelah itu, "Kalau nasib kamu baik", apakah ada nasib yang tidak baik?
Sampai pada akhirnya saya kembali menyadari kalau hidup ini adalah proses. Saya harus pelan-pelan mencerna jalannya hidup ini. Setiap detik waktu adalah pengalaman dan pembelajaran. Apa yang terjadi di depan ditentukan detik ini. Dorong terus diri ke titik paling tinggi. Jangan membiarkan diri ini terlena berlama-lama. Jangan Kasih Kendor!
Jadi apa yang harus saya lakukan? Saya sudah menemukan jawabannya, paling tidak untuk saat ini. Jawabannya adalah segera keluar dari zona nyaman, dorong dirimu sampai ke titik tertinggi, Jangan Kasih Kendor! Karena keajaiban akan terjadi ketika saya berada di luar zona nyaman.
0 saran:
Post a Comment