Wahid Sabillah's

Personal Blog

La La Land Untuk Sang Pemimpi

Leave a Comment
Saya masih tidak bisa keluar dari bayang-bayang La La Land yang saya nonton kemarin sore setelah meeting --atau bisa dibilang hand-over kerjaan di mall deket kantor. Tidak sampai dua bulan lagi mungkin saya sudah berpindah tempat kerja, dan kembali mengarungi petualangan baru. Saya tidak sabar dengan itu semua. Apalagi setelah menonton La La Land.

Walaupun saya harus telat sepuluh menit masuk studio karena jadwal filmnya mepet dengan waktu sholat Maghrib, saya masih bisa menangkap semua ceritanya. Saya menonton film La La Land karena penasaran dengan pencapaian film ini di Golden Globe. 7 penghargaan, mereka sapu bersih semua penghargaan itu.

Setelah masuk studio, dan berhasil menemukan nomer tempat duduk, mata saya langsung khusu' ke layar. Tak berapa lama saya tersenyum dan mulai menikmati filmnya. Film ini mempunyai semua unsur yang saya suka. Ketika scene di dalam apartemen Sebastian dan kamera menyorot beberapa vinyl dan poster dari Coltrane dan Bill Evans saya tersenyum lebar. Ketika Sebastian menjelaskan kepada Mia di klab jazz tentang pemain jazz yang sedang asik jamming, oh saya suka banget. Adegan ketika Mia membuat naskah monolog untuk pertunjukan, adegan ketika Mia membuat banyak gambar di kamar Sebastian, dan tentu adegan ketika mereka menyanyikan City of Stars.


Ryan Gosling yang bermain piano dan pandai Tap Dancing, Emma Stone yang memang ternyata suaranya sangat merdu membuat saya semakin terbius dengan film ini. Bisa dibilang film ini adalah film terbaik yang saya tonton dalam waktu enam bulan belakangan. Sutradara dari film ini Damien Chazzele ternyata baru berumur 31 tahun, berhasil menyuguhkan kepada orang-orang yang haus akan karya Drama Musikal Romantis seperti ini.

La La Land menceritakan tentang impian yang harus diperjuangkan. Selagi kita punya skill, kemauan, dan kerja keras, kelak semua usaha itu akan terbayarkan. Ketika jatuh berusaha bangkit lagi, ketika gagal coba lagi, terus berkarya jangan berhenti, lakukanlah apa yang kita suka, jangan melepas semua idealisme dalam diri, tetaplah menjaga idealisme yang kita punya. Terus belajar apa yang menjadi minat kita, terus berlatih apa yang kita suka.

Pada akhir film saya diingatkan untuk terus bermimpi. Juga hidup ini tidak selamanya berakhir dengan indah.


Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 saran:

Post a Comment