Saat membuat tulisan ini, saya tidak mendengar lagu Jazz. Playlist di laptop saya memutarkan album IRREPLACEABLE nya Yovie & Friend. Ide menulis tentang jazz ini muncul ketika saya sedang melamun sepanjang jalan pulang dari Kenari tadi sore.
![]() |
Bill Evans Trio by Google |
Lamunan saya saat itu sedang berada di suatu klab jazz yang remang. Ada trio yang membawakan lagu-lagu standard jazz. Bagi teman-teman yang memfollow Twitter atau Facebook saya, tentu tahu kalau saya sering memberikan video dari youtube tentang lagu jazz yang sering saya dengarkan. Belakangan ini Diana Krall yang menjadi lagu pengantar saya tidur.
Entah apa yang membuat saya begitu cinta dengan musik yang berasal dari New Orleans Amerika ini. Dan saya juga tidak ingat persis kapan saya mulai mendengarkan lagu jazz. Yang saya ingat, pada suatu malam sesaat setelah saya putus cinta parah untuk pertama kali, saya mendengarkan lagu-lagu mainstream jazz setiap malam sebelum tidur. Dari Autumn Leaves, Sentimental Reason, When I Fallin' in Love versinya Nat King Cole. Giant Steps, Naima, I'm Old Fashion nya John Coltrane. Kemudian beralih ke genre Acid Jazz seperti lagu-lagu dari Jamiroquai, Swing Out Sister, dan Incognito. Selain musisi jazz dari luar negeri, musisi jazz dalam negeri juga tidak kalah sering karya-karyanya saya dengarkan, musisi jazz lokal yang paling saya suka adalah Indra Lesmana.
![]() |
Indra Lesmana by Google |
Ada energi positif yang bisa diserap oleh telinga saya saat mendengar jazz, walau kelamaan beberapa teman melihat saya seperti anak muda yang sok tua karena mendengar lagu-lagu mainstream jazz. Tapi yang namanya cinta, dibilang tua pun tetap saya dengarkan. Akhirnya saya mulai menyukai mainstream jazz seperti Bebop. Saya mulai mendengarkan lagu-lagu dari Charlie Parker, Thelonious Monk dan Miles Davis. Saat saya mulai cinta dengan Bebop saya merasa kalau saya berhasil mencintai jazz seutuhnya, karena kebanyakan orang lebih suka lagu-lagu jazz yang gampang di dengarkan, sedangkan bebop cukup sukar untuk orang menyukainya.
John Coltrane by Google |
Saya juga sempat meracuni beberapa teman dan saudara untuk mendengarkan musik jazz. Salah satu sahabat saya malah pernah saya ajak nonton jazz mainstream di Margo City Depok, mencekoki dirinya dengan lagu-lagu bebop, cool, smooth, acid. Dan waktu itu sahabat saya pernah ketagihan dan selalu menanyakan saya kapan lagi bisa nonton jazz.
Banyak orang yang bingung cara untuk menyukai musik bergenre jazz, tetapi banyak juga orang yang menemukan caranya sendiri untuk menyukai jazz. Kalau saya pribadi punya prinsip "Musik ya di dengerin aja", lambat laun kalau telinga kita sering dan terlatih mendengarkan jazz, pasti akan timbul rasa suka sendiri nantinya. Cara yang paling gampang untuk suka dan cinta dengan musik jazz adalah dengan nonton langsung acara jazz mainstream, sering-sering dateng ke tempat jam session.
Kembali lagi tentang lamunan saya di perjalanan pulang tadi sore. Jujur, saya lagi ngidam banget nonton jazz sendirian. Nonton pertunjukan jazz sendirian, paling depan, sambil minum dan nyemil adalah me time yang paling saya dambakan selama ini. Sebetulnya banyak klab jazz di jakarta, dan depok. Contohnya acara rutin nya Komunitas Jazz Kemayoran, Margo Friday Jazz, Jazzy Nite Citos, RW Lounge di Kemang dan mungkin masih banyak lagi tempat-tempat yang asik buat nonton jazz. Kendala utama yang saya temukan belakangan ini adalah karena masih mengerjakan tugas akhir, tetapi karena sekarang tugas akhir saya sudah selesai, dan saya sudah lulus sidang, saya akan mulai kelayapan lagi nonton pertunjukan jazz.
![]() |
Jazz by Google |
Kalau katanya musik jazz itu musik mahal gak juga kok. Di Margo Friday Jazz contohnya, kita hanya pesen frenchfries sama softdrink udah bisa nonton jazz dari jam 9 sampai jam 11 malam, Jazzy Nite Citos gratis, saya juga pernah lihat di PIM 1 di dekat eskalator gramedia suka ada juga yang bawain jazz. Kalau dibilang mahal saya kurang setuju, secara lahirnya jazz adalah dari orang-orang miskin di Amerika sana yang menuntut kebebasan.
Musik yang berakar dari blues ini selain dapat memberikan energi positif kepada saya, jazz juga memberikan kebebasan tetapi tetap dalam konteks bebas yang sewajarnya kepada pemainnya. Setiap lagu jazz pasti ada sesi solo dari setiap pemainnya, nah di sini lah yang membuat saya sangat suka dengan jazz, pada part solo semua musisi akan mengeluarkan improvisasinya, tentu improvisasinya juga ada aturannya.
Ritual nonton jazz paling asik menurut saya selama ini adalah dengan cara sendirian atau bersama sahabat saya yang saya ceritakan di atas. Saya belum menemukan teman yang benar-benar asik untuk menonton pertunjukan jazz. Selain karena selera musik jazz saya sangat beda dari teman-teman yang lain, saya juga risih kalau saya lagi asik nonton tiba-tiba teman saya gak suka dan dia malah minta cepat pulang.
Jazz juga bisa membuat produktifitas menulis saya meningkat. Setiap saya menulis cerpen, atau curhat tentang pemikiran yang sedang berkutat di fikiran saya, saya sering menulis sambil mendengarkan jazz.
Jadi apakah kamu juga suka dengan Jazz?
Saya juga sangat menikmati jazz..
ReplyDeleteSelalu menyenangkan mendengarkan Jazz. Terimakasih sudah mampir mas.
Deletemusik tingkat tinggi, kuping gw blm sampe ke level musik ini
ReplyDeleteCoba dengerin dulu pelan-pelan. Saran saya coba dengerin lagu-lagu nya Frank Sinatra, Nat King Cole dulu, terus kalau sudah pas di kuping coba dengarkan lagu-lagu nya Ella Fitzgerald.
Delete