Kalau Masa Transisi [Bagian 1] ditulis dari komputer kantor, berbeda dengan Masa Transisi [Bagian 2] ini. Tulisan ini saya tulis di kamar dengan laptop hadiah dari Bapak saya.
Setelah melewati satu minggu bekerja, pulang pergi Cilandak - Grogol, Grogol - Cilandak, saya merasakan ada sedikit rasa yang aneh. Biasanya pulang pergi Cilandak - Depok, Depok - Cilandak setiap hari. Tapi inilah masa transisi yang harus saya lalui. Perpindahan, semuanya akan berpindah. Mau tidak mau, suka tidak suka.
Dua hari ini (Sabtu & Minggu) saya mendapatkan overtime dari kantor. Sebagai konten admin sudah menjadi kewajiban saya untuk membantu tim untuk meng-input konten dari setiap website yang sedang di-develop. Dua hari ini saya habiskan di depan laptop, memandangi layar dengan koding yang sebelumnya sangat saya hindari.
Awal masuk kerja, jujur, saya masih setengah hati dan tidak percaya kalau saya harus berkutat dengan koding. Ada rasa tidak percaya ketika saya harus berkutat dengan koding untuk memasukan sebuah konten kedalam website. Awal mulanya saya melamar untuk divisi itu saya kira seorang konten admin pekerjaan dasarnya adalah memikirkan sebuah konten untuk suatu website (creative), namun diluar dugaan, konten admin ternyata condong ke arah teknis.
Seminggu ini saya mencoba beradaptasi dengan lingkungan kantor. Saya sempat membuat "onar" kepada HRD, dan rekan kerja. Sebenarnya intinya saya cuma ingin tahu, sebenarnya saya mampu atau tidak berada di posisi ini Karena jujur, saya tidak merasa keberatan mengundurkan diri jika tim merasa saya malah menghambat kinerja mereka.
Bekerja di Digital Agency memiliki ritme kerja yang cepat, dan harus tepat. Segala keinginan client harus bisa dikerjakan saat seorang PM menyanggupi. Dan saya cukup tertatih-tatih menyesuaikan cara tim bekerja. Bayangkan, sehari saya hanya bisa maksimal memasukan 8 konten, sementara total konten yang harus dimasukan untuk salah satu website berjumlah 300 konten. Untungnya, saya dibantu dengan dua orang yang lebih senior dari saya untuk memasukan konten tersebut. Mereka berdua sangat membantu saya beradaptasi, Terimakasih Kak Siti dan Edho.
Sampai hari ini, saya tetap masih beradaptasi dengan jobdesc saya. Sedikit demi sedikit saya mulai menemukan cara yang lebih cepat untuk memasukan suatu konten. Ya semoga, masa transisi ini akan lebih cepat, dan saya bisa sepenuhnya merasa "Ternyata gue bisa" berada di posisi ini.
***
Terimakasih kepada semua teman-teman yang sudah meninggalkan komentar di postingan "Pah, lawan." Terimakasih untuk energi positifnya, terimakasih untuk pujian kalau imajinasi saya liar (padahal menurut saya cerita "Pah, lawan" itu bodor banget lho), terimakasih untuk doa agar saya bisa menulis cerita untuk anak-anak. Suatu impian saya bisa menerbitkan buku untuk anak.
Kalau dapat diumpamakan, menulis ini adalah oase untuk dahaga saya. Saya bisa merasa "intim" dengan diri saya sendiri disini. Segala curahan hati bisa saya tumpah ruahkan disini, segala emosi, perasaan saya, keinginan, harapan, semua yang ada di kepala saya, bisa saya tumpahkan disini. Dan saya juga berterimakasih kepada kamu, yang bersedia membaca tulisan ini, yang bersedia menjadi pembaca dari cerita saya yang kadang aneh, kadang mellow, kadang gak jelas.
Seperti motor yang memerlukan bahan bakar. Saya rasa dengan menulis malam ini, tanki bahan bakar untuk diri saya sudah penuh sekarang. Saya siap untuk menghadapi hari esok.
Night.
0 saran:
Post a Comment