Wahid Sabillah's

Personal Blog

Selamat Jalan, Semoga Kelak Kita Bisa Bertemu Lagi

Leave a Comment
Sesak yang saya rasakan kemarin masih terasa sangat pada saat saya menuliskan tulisan ini. Bagaimana jadinya, jika keluarga kami harus ditinggalkan tiga orang terkasih untuk selama-lamanya dalam kurun waktu kurang dari satu tahun? Saya masih tidak percaya, kalau pada beberapa bulan ini saya dan keluarga akan ditinggalkan tiga orang tersayang.

Bagai kesedihan yang belum selesai lalu ditambah lagi dengan kesedihan baru, dan ketika kesedihan baru itu belum selesai, kami harus berjumpa dengan kesedihan yang lebih baru.

Kemarin siang, nenek yang selalu ada untuk saya selama 22 tahun telah berpulang. Tidak ada tanda kalau beliau akan pulang untuk selama-lamanya. Nenek yang biasa keluarga panggil Emak telah pergi, untuk selama-lamanya. Emak yang selalu membangunkan kami sekeluarga untuk sholat subuh, yang selalu bawel disaat saya dan adik-adik belum melakukan sholat, emak yang selalu setia menunggu kepulangan kami sekeluarga kalau kami pergi, emak yang selalu tersenyum ketika saya pulang dari kantor, atau dari saya main.

Beliau seorang yang tangguh, diusia yang sudah tidak muda lagi, beliau masih sering mengerjakan pekerjaan yang lumayan berat. Bukannya kami tidak melarang beliau, tetapi kegigihan dan kebiasaan beliau untuk bekerja adalah alasannya. Eksistensi, ya kami kehilangan eksistensi beliau. Sampai sekarang, saya masih tidak percaya kalau beliau sudah pergi, sampai sekarang ketika saya menuliskan tulisan ini, saya masih tidak percaya kalau beliau telah tiada.

Saya sendiri sangat dekat dengan beliau, video game pertama yang saya punya adalah pemberian dari beliau, sepatu bola pertama yang saya punya adalah hadiah dari beliau, mie goreng, kopi instan yang kemarin lusa saya makan adalah dagangan di warung beliau.

Rumah ini sekarang sepi, kami sekeluarga kehilangan satu orang yang membuat rumah ini terasa "hidup". Jujur kami sangat dirundung duka yang sangat. Air mata saya tidak henti-hentinya keluar ketika mengingat kebaikan beliau. Orang yang sederhana, tidak mau apa-apa, bagi beliau kebahagiaan beliau adalah melihat anak dan cucu-cucu nya bahagia. Semua yang cucu nya inginkan, ia selalu berusaha mengabulkan.

Entah ini pertanda atau bukan, kemarin lusa beliau memberikan seluruh celengan yang ia punya ke adik saya yang akan berlibur. Entah ini pertanda atau bukan, kemarin nasi baru yang beliau masak berair dan tidak dapat dimakan.

Banyak kenangan yang saya lewati bersama beliau. Yang paling teringat adalah, beliau selalu mengingatkan saya untuk makan. Dua minggu terakhir ini, beliau selalu mengingatkan saya untuk makan, mengingatkan saya untuk segera makan. Beliau selalu mengatakan untuk cepat pulang kepada saya ketika saya pergi, cepat pulang.

Beberapa bulan yang lalu, ketika saya ingin berangkat kerja, beliau melihat saya gelisah. Beliau menanyakan mengapa saya gelisah. Saya mengatakan kalau saya lelah, saya capek. Lalu ketika saya sampai kantor, Ibu saya menelpon, dan mengatakan kalau Ibu diminta beliau untuk menanyakan kabar saya. Beberapa hari yang lalu, saya menyisir rambut di depan beliau. Beliau masih mengatakan kalau rambut saya belum panjang, belum berantakan. Sungguh sosok beliau adalah sosok yang baik, yang tulus, sosok yang pasti akan kami rindukan selalu.

Tidak ada  yang dapat menggambarkan seberapa kehilangannya kami sekeluarga. Tidak ada yang dapat menggambarkan seperapa kami sekeluarga dirundung duka yang sangat amat mendalam. Seorang nenek, Emak, telah pergi untuk selama-lamanya meninggalkan kami, meninggalkan saya, cucunya.

Perpisahan ini menggenapkan seluruh duka yang ada dari penghujung 2014 sampai dengan awal 2015. Perpisahan ini mengingatkan kembali kalau saya, kita, tidak akan pernah abadi. Kendati kita berpisah, tetapi jasa-jasa, kecintaan beliau akan keluarga, kebaikannya akan selalu kami ingat. Rasa sayang, cinta, dan kerinduan akan selalu menyelimuti saya dan tentu keluarga.

Bangku dan tempat tidur itu telah kosong. Selamat jalan Emak, semoga engkau bahagia disana, semoga amal ibadahmu diterima di sisi Allah, semoga kelak kita bisa bertemu lagi.

Abi akan selalu sayang, dan mendoakan Emak


Salam Sayang.

Wahid Sabillah (Abi)
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 saran:

Post a Comment