Semoga Tahun Depan Kita Masih Sama-sama

"Namun tetap selalu ada di sini..."

Biar menjadi kenangan nya Rezza Artamevia mengalun lembut di kamarnya. Kamar 2x3 meter tempat ia mengistirahatkan pikirannya. Hatinya tidak pernah istirahat, tetap tertuju kepada manusia yang pasti masih ada di kantor, karena ia selalu lembur setiap harinya.

Ia tidak pernah tahu, kalau seseorang yang selalu ia pikirkan setiap mau tidur tidak pernah memikirkannya. Mengenalnya pun belum tentu.

Masa iya seseorang yang hanya berpapasan di tangga dan bertukar senyum kemudian ia mengimpikannya pada malam harinya? Masa iya segitu hebat senyumnya?

Hari ini hari blogger nasional, mungkin ia akan menuliskan sebuah tulisan pendek tentang kegiatannya, atau mungkin ia akan menuliskan tentang cinta, ya semoga saja.

Banyak yang bertanya mengapa ia susah jatuh cinta? Jawabannya hanya buku hariannya yang tahu, yang selalu ia isi setiap malam sebelum tidur.

"Dan perasaan yang lemah ini, menyentuh sendiriku..." Lagu yang ia putar telah berganti.

Ia tak tahu esok masih ada hari yang harus ia jumpai untuk pegang kamera, makan di basement, dan ia masih berharap hujan akan datang. Air tanah di rumahnya mulai keruh, sekeruh pikirannya malam ini.

"Bawalah kembali jiwa yang luka..."

Di tempat lain, ada dia yang sedang makan malam bersama kekasihnya. Ia tak tahu beberapa tahun yang lalu seorang mantannya menangis tersedu-sedu di hari itu. Malam ini dia pergi merayakan cintanya yang baru. Berapa tahun? Ia tak hafal betul.

Malam ini, sebelum ia menyudahi tulisannya, ada satu kata yang terlintas di kepalanya.

"Semoga tahun depan kita masih sama-sama"