Wahid Sabillah's

Personal Blog

Kita Semua Masih Peduli Mantan

1 comment
Seberapa seringkah kamu memikirkan mantan? Semua mantan, tak terkecuali. Seberapa pedulikah kamu dengan mantan? Semua mantan, tak terkecuali.

Banyak dari kita yang diam-diam menyisipkan doa sebelum tidur untuk orang yang pernah istimewa, banyak dari kita yang diam-diam memikirkan mantan saat sedang sibuk-sibuknya bekerja. Banyak dari kita yang secara sengaja menanyakan kabar dan tak banyak dari kita yang terang-terangan mengutarakan kalau kita masih peduli dengan mantan kita.

Ada yang masih suka bertukar pesan, ada yang masih suka ngopi-ngopi lucu bareng, ada yang masih suka stalking akun sosial media nya, ada yang masih sering nonton bareng, dan ada yang menawarkan jasa untuk mencari pengganti mantan. Menawarkan jasa? Iya, mantan yang rela mencarikan pengganti dirinya untuk orang yang pernah istimewa. Bukankah itu rasa peduli yang luar biasa? Bukankah itu adalah tanda kalau kita masih sangat peduli, atau sebaliknya, mantan yang masih peduli dengan kita. Ada yang menawarkan mencarikan pengganti dengan alasan ia tidak tega melihat mantannya kesepian, mengarungi hari sendirian.

Masih ada dari kita yang rela keluar malam ketika hujan deras hanya untuk menemuinya yang sedang sakit, masih ada dari kita yang rela mengantar dari rumahnya ke kantor, dan menjemputnya kembali untuk pulang. Masih ada dari kita yang rela pergi ke sekolah lebih pagi hanya untuk menjemputnya, padahal rumahnya dan sekolahmu berlawanan arah. Masih ada dari kita yang rela menjenguk adik dari mantan kita yang sedang sakit, dan masih ada dari kita yang rela membantu mantan walau ia sudah punya kekasih baru.

Lalu, seberapa benci kamu dengan mantan?

Rasa - rasanya kita terlalu peduli atau bahkan menyanyai mantan kita sampai akhirnya menjadi keki sendiri hingga menjadi benci. Ada orang yang muak, enek, dan tidak mau bertemu dengan mantannya, tapi setelah ketemu tidak sengaja di kedai kopi mahal yang harganya di luar akal, dan setelah ngobrol menanyakan kabar, sepulang dari ketemuan yang tidak disengaja, sebelum tidur, ia yang tadinya muak, enek, dan tidak mau bertemu dengan mantannya dengan sadar mengirimkan pesan selamat tidur lalu berujung balikan.

Jujur, ini adalah kali pertama saya berani menuliskan tentang mantan. Dan jujur, setelah lama saya berusaha menjauhi kata "mantan" dan menggantinya dengan "kekasih lama" rasa - rasanya kata "mantan" lebih monumental dan lebih mempunyai arti yang mendalam. Mantan saya adalah mantan yang membuat saya lebih baik setiap harinya, sampai hari ini, dan mungkin begitupun dengan mantan kalian.

Damai rasanya ketika kita masih bisa peduli dengan mantan walaupun mantan wara-wiri buat status di Path, Twitter, Facebook, kalau ia sedang bersama kekasih barunya. Damai rasanya ketika kita masih bisa peduli tanpa rasa cemburu sedikitpun melihat ia bahagia dengan yang lain.

Pada akhirnya, kita tidak bisa mengelak. Masih menanyakan kabar, masih memikirkannya ketika sedang sibuk kerja, masih mau menjenguk adiknya mantan yang sakit, masih rela menjenguk mantan yang sakit dan membawakannya pizza padahal uang di dompet tinggal sedikit, dan masih rela pergi malam-malam saat hujan untuk menemuinya yang sedang membutuhkan bantuan, adalah bukti kalau orang yang pernah istimewa akan membuat kita terus bahkan mungkin selamanya peduli dengannya.

Hampir dari kita, masih, dan mungkin akan terus peduli dengan mantan.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

1 comment:

  1. kalau kata mario teguh "berusaha melupakan orang yang pernah kita cintai, sama sulitnya dengan mengingat orang yang belum pernah kita temui." So hard to forget.

    Ikut nyimpen link ya bang rifalnurkholiq.com

    ReplyDelete