Hampir seminggu 2018 bergulir, dan ternyata banyak juga orang yang memang berniat untuk mengarungi tahun yang baru ini dengan kebiasaan baru. Seperti rajin berolahraga, mulai coba belajar berolahrasa, yang tadinya apatis sama sekeliling tiba-tiba menjadi orang yang sangat peduli dengan sekitarnya. Tahun baru membawa harapan dan kehidupan yang baru.
Sebagai orang yang gila prosesi, tahun baru bagi saya adalah cara semesta mengingatkan diri. Tidak banyak resolusi yang saya punya di tahun 2018, cukup menjadi orang yang lebih baik, lebih berguna, dan mengurangi banyak salah --walaupun ini tidak akan mungkin. Tahun baru mengingatkan saya untuk terus menikmati perjalanan hidup. Lebih dewasa dan arif dalam menangani masalah yang datang, lebih bijaksana. Karena sayang rasanya kalau momentum tahun baru yang sebenarnya bisa digunakan sebagai garis mulai untuk menjadi lebih baik, malah dibiarkan saja.
Tahun baru juga bisa dijadikan sebagai pertanda kalau kita diminta untuk belajar memaafkan orang lain.
Saya teringat dengan percakapan di pesan singkat beberapa bulan yang lalu dengan seseorang yang katanya akan menikah di penghujung tahun ini atau di awal tahun depan. Dia mengingatkan saya untuk selalu bisa memaafkan kesalahan orang. Dengan begitu hidup menjadi lebih adem dan tentrem. Pamali katanya kalau pulang dan tidur dengan membawa amarah. Dia bilang kalau saya harus bisa berdamai dengan diri sendiri, dan memaafkan orang yang membuat saya sakit hati.
Tahun baru juga bisa dijadikan sebagai waktu yang tepat untuk mengkristalkan momentum.
Saya juga teringat dengan kekasih saya sewaktu SMA. Di malam tahun baru, waktu itu saya dan dia memang tidak bisa mengarungi tahun baru bersama-sama. Setelah terompet tahun baru dibunyikan, ada satu pesan singkat masuk ke inbox handphone saya. Dengan tulisan yang lumayan panjang, ia menuliskan harapan-harapan untuk kami di tahun depan. Pesan yang paling membekas sampai saat ini adalah doa supaya di tahun depan kami masih bisa bersama. Pesan singkat ini masih saya pakai di setiap hari bersejarah. Kata yang sederhana, tapi syarat makna.
Mumpung 2018 baru berjalan seminggu, masih ada banyak hari untuk memperbaiki diri. Entah kau mengarunginya dengan bersama orang lain atau diri sendiri, sudah sepatutnya kau merayakannya, karena tahun baru bisa kau rayakan setiap hari.
![]() |
Photo by Ryan Wong on Unsplash |
0 saran:
Post a Comment