Wahid Sabillah's

Personal Blog

Sayang Dibuang

Leave a Comment
Kamu hanya perlu bicara dengan malam, dengan siang, dengan bintang bintang, dengan kotak makan yang kamu kirimkan. Dengan setangkai mawar putih yang kamu simpan di sela bukumu, dan kamu biarkan mengering dan tidak pernah tega membuangnya. Dengan setiap goresan pena yang ada di buku harianmu, tempat dimana kamu menuangkan semua keluh kesahmu, kebahagiaanmu, kegelisahanmu, dan tempat dimana air matamu jatuh tanpa sengaja, lalu membuat kertas itu basah.

Perasaan yang tumpang tindih, antara kesal, sedih yang bercampur menjadi satu. Lalu kamu hanyutkan semua itu kedalam darahmu, lalu bersilkulasi lagi ke jantungmu, lalu kamu tambahkan lagi rasa rasa itu, dan kamu edarkan kembali ke nadimu, lalu balik lagi ke vena mu terus menerus sampai kamu merasa mabuk dengan perasaan yang berkecamuk itu.

Nadimu menginginkan dia pergi dengan cepat, membagikan kenangan kenanganmu keseluruh pelosok badan cintamu yang sekarat. Tapi venamu terus menerus tidak pernah letih, perlahan namun pasti, kembali mengalirkan ke jantungmu, tempat dimana semuanya kembali menyatu. Walaupun hanya sisa ampasnya, dan kamu tidak menginginkannya kembali, tapi vena mu selalu membawa dia kembali.

Sekali waktu kamu pernah bermaksud untuk memotong sebagian venamu. Tapi kamu lupa sebagian vena yang ada dijantungmu, yang membawa senyawa yang segar, penuh dengan kenangan indah yang berhasil di saring oleh bilik mu menolak untuk kamu hancurkan. Lalu kamu kembali frustasi.

Suatu hari dia datang, menemuimu lagi, untuk mengembalikan semua kenanganmu yang menurutmu dia pinjam dengan paksa, padahal lebih tepatnya kamu yang memberinya secara sukarela.kamu harus melawan waktu yang kembali berputar beberapa puluh jam yang lalu, kamu berlari, melarikan diri, dan kamu merasa telah lari menjauh, padahal sesungguhnya kamu hanya berlari ditempat dan hatimu tidak ingin pindah dari tempat itu.

Beberapa menit setelahnya kamu sadar, kalau logikamu tidak bisa melawan perasaanmu. Perasaanmu kepadanya mantap. Sesaat kemudian kamu tersadar kalau rasa itu sayang untuk dibuang.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 saran:

Post a Comment