Sudah sekian minggu saya tidak menulis. Tidak ada yang harus disalahkan selain diri saya yang kembali tidak mau konsisten untuk menulis lagi. Seharusnya, walaupun semalam apapun saya pulang kerumah setiap hari, dan selelah apapun, saya tetap harus memaksa diri untuk menulis, Karena menulis adalah salah satu obat yang paling mujarab bagi saya untuk saat ini, ketika gundah gulana dan nelangsa melanda.
Isi kepala lagi panas, lantas bukan berarti isi tulisan kali ini juga harus panas. Pada tulisan ini, saya akan menuliskan tentang sesuatu yang teduh, sesuatu yang harus bisa meredam panas yang ada di kepala saya, sesuatu yang saya cintai, dan saya rindukan beberapa tahun ini.
Pernahkah kamu merasakan rindu yang amat mendalam pada suatu aktivitas? Seperti pergi bersama Ayah dan Bunda ke daerah pegunungan, berbincang dengan mereka sambil menyantap semangkuk Indomie dan teh panas tanpa gula di balkon sebuah hotel. Atau berbincang dengan kekasih sepanjang hari, bercerita tentang keseharian kamu yang membosankan?
Saya rindu, rindu sekali dengan beberapa aktivitas yang pernah saya geluti semenjak balita. Bernyanyi. Naik Panggung. Ber-akting. Pulang pagi karena scene yang saya mainkan diambil paling akhir. Aaaaaaah, saya amat sangat rindu dengan aktivitas itu.
Bukan tidak bersyukur, namun kemeja, celana bahan, yang selama dua bulan ini saya kenakan setiap pagi untuk pergi ke salah satu gedung bertingkat di jalan Sudirman belum cukup daya untuk merenggut cinta saya kepada aktivitas itu. Saya merasa hampa, saya tidak hidup, walaupun berada di lingkungan yang wah, namun jiwa dan raga saya nelangsa. Sungguh.... Aku Nelangsa.
Hati kecil saya berteriak, meronta, ingin keluar dari kungkungan ini. Jiwa saya ingin terbang meraih yang pernah diimpikan. Main Film, buat film, bikin musik. Masa dimana saya bekerja namun tidak merasa bekerja, masa dimana hati dan jiwa saya terasa bebas berekspresi, masa dimana saya merasa diri saya bisa dinikmati orang bersama-sama.
Tetapi masih ada empat bulan tersisa waktu untuk dirimu wahai gedung bertingkat, celana bahan, dan kemeja rapih untuk mengambil hatiku, merenggut sedikit cintaku kepada aktivitas yang aku cintai itu.
Malam ini, saya streaming beberapa film pendek karya Cinemaker Indonesia. Seketika saya merasakan teduh. Saya merasakan damai yang luar biasa hanya dengan melihat hasil karya mereka. Wahai semesta, inikah yang dinamakan Renjana? Saya tidak tahu ini apa namanya, rasa yang luar biasa kuat, yang mampu meneduhkan hati dan jiwa saat mulai memikirkan hari esok yang notabene saya harus kembali disiksa.
Kembali, bukan saya tidak bersyukur dengan semua nikmat Tuhan yang telah dilimpahkan kepada diri saya. Bukankah dalam hidup ini kita harus memilih? Dan apa salahnya ketika saya merasa pilihan awal saya untuk bekerja di kantor adalah salah. Tetapi tenang, saya pasti akan menyelesaikan pilihan saya ini sampai selesai, dengan sangat baik, walau menyiksa, dan membuat diri saya sedikit lebih cepat menua.
Masih ada waktu untuk meraih bintang di langit kepala, masih ada waktu untuk mengikuti kata hati, mumpung masih muda, mumpung masih ada waktu untuk meraihnya.
Semangat gan! semoga impian loe tercapai :)
ReplyDeleteOkeh ini gue ada kenanga2an buat loe. Liebster award bisa cek dimari http://lebailabiel.blogspot.com/2015/01/first-liebster-award.html
Hai Aaaaiiiiiuuuuu. Waaaah terimakasih ya udah kasih Liebster Award.
DeleteTerkadang, memang ada hal-hal yang selalu saja membuat rindu ketika terlintas di benak :) Semoga bisa memilih pilihan yang tepat, ya, mas. Karena sesungguhnya kita lah yang mengetahui letak kebahagiaan kita sendiri, bukan orang lain.
ReplyDeleteAnyway, salam kenal dan izin follow yaaa
Semoga ya, aaamiiiin.
Delete