Wahid Sabillah's

Personal Blog

Beda

Leave a Comment
Di pagi hari ini, saya ingin mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah yang telah diberikan-Nya kepada saya. Anugerah itu saya sebut Beda.

Sejak kecil saya memang sudah berbeda dengan orang lain. Di saat teman-teman sebaya bermain di lapangan setiap sore, saya harus pergi untuk kursus setiap hari. Di setiap minggu teman-teman saya bisa bermain sepuas-puasnya di lapangan, saya harus kursus juga. Tiada hari tanpa kursus.

Itulah mengapa ketika saya mulai tumbuh besar saya menjadi orang yang mempunyai pemikiran yang beda, dan di sini masalahnya. Sebagai seseorang yang beda, pasti ada saja orang yang mencemooh, mengumpat, dan memandang sebelah mata.

Keputusan untuk resign dari kantor untuk mencoba merasakan membuka usaha mendapatkan banyak cemoohan dari orang banyak, pemikiran saya yang beda dari pemikiran orang lain mulai dipertanyakan, saya mulai dianggap kurang waras, dan tidak bersyukur. Ini adalah tembok baru yang saya temui setelah saya berhasil membuka warung usaha kecil-kecilan. Tembok ini harus saya lewati lagi bagaimana caranya.

Saya hidup dilingkungan orang-orang yang mengikuti arus, dan bukan tipe saya untuk ikut arus. Saya hidup di lingkungan orang berdasi, pergi pagi pulang sore atau malam untuk bekerja menjadi sesuatu hal yang bergengsi. Berpenghasilan tetap dan sekeliling saya mendambakan hasil yang instan.

Saya bersyukur diberikan cara berfikir yang beda dari orang lain. Dan saya juga bersyukur diberikan keberanian untuk resign dari kantor, membuka usaha sendiri, dan mulai menggeluti hobi saya lagi, walaupun mulai terdengar selentingan-selentingan kata-kata dari orang sekitar yang menyayangkan, dan mulai menganggap saya orang yang tidak waras. Paling tidak bagi saya, saya sudah memiliki nilai plus dan pengalaman yang plus dari orang-orang sekitar saya.

Tidak lama dari saya sidang sarjana saya langsung mendapat kerja, setelah lima bulan bekerja -dan ketika lima bulan juga teman-teman saya mencari kerja- saya mengundurkan diri untuk kembali menekuni hobi dan membuka usaha -dan di saat saya resign ternyata seluruh teman-teman saya mendapat pekerjaan. Semesta berkonspirasi untuk menguji keteguhan hati saya, mulai menguji saya lagi dan lagi. Kadang sempat terpikir untuk mengikuti arus -karena di sini saya berjuang sendiri- tetapi pilihan yang saya pilih bagaikan jalan satu arah, tidak ada jalan untuk kembali memutar.

Inilah kepingan puzzle hidup saya, inilah anugerah yang Tuhan berikan kepada saya berupa diri saya yang "Beda" dari orang lain. Semoga anugerah ini bisa terus bermanfaat bagi diri saya, dan orang banyak tentunya.
Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 saran:

Post a Comment