Tuhan mempunyai banyak cara untuk menunjukan kekuasaannya. Seperti dua hari ini misalnya, Ia menciptakan Minggu agar aku merasakan suka, merasakan jatuh cinta. Ia pun menciptakan Senin, agar aku merasakan tidak selamanya jatuh cinta menyenangkan.
Kemarin langit tampak sendu, aku pergi bersamanya ke suatu festival musik jazz outdoor yang sudah aku tunggu dari minggu sebelumnya. Berharap tidak ada hujan di acara itu, karena kalau hujan datang habislah sudah sepatu baruku, kemeja putihku, dan yang paling membuatku malas adalah tidak ada tempat untuk aku duduk dan berbincang dengannya.
Jam dua tepat aku jemput ia di rumahnya. Ia tampak cantik dibalut baju berwarna marun, sepatu sneaker dan membawa sling bag. Kupacu mobilku ke acara festival itu, di dalam mobil kita hanya berbasa-basi, saling bertukar tanya mengenai warna hari.
"Bagaimana warna harimu?"
"Cerah, kamu?"
"Marun"
"Seperti warna bajumu, kenapa?"
"Tidak tahu, Aku merasa kurang cerah, dan tidak gelap juga"
Lalu ia tersenyum kepadaku menunjukan geligi yang tertata rapih. Oh tuhan, ia benar-benar wanita terawat.
Ku parkir mobilku tak jauh dari pintu masuk, ku beli dua tiket dari calo yang dengan muka melasnya berhasil meruntuhkan niatku untuk membeli tiket di tempat resmi, tapi lumayan juga aku mendapatkan harga tiket yang agak miring.
Aku mengajaknya ke satu panggung yang akan menampilkan artis yang menjadi favoritku. Ia terhanyut menyaksikan artis yang sedang bermain. Sekali-kali aku mencuri pandang ke arahnya, ia nampak serius menyaksikan artis yang sedang membawakan lagu pertama. Bibirnya sedikit terbuka, musisi itu membuatnya terpesona, dan bagiku wanita satu ini sangat mempesona.
Singkat cerita, setelah beberapa jam di acara festival itu dan mulai penuhnya venue ia merasa lelah untuk berdiri.
"Duduk yuk, pegel banget berdiri terus." Ia mengajaku mencari tempat duduk untuk berselonjor.
"Yuk!"
Aku dan dia duduk di trotoar menghadap panggung, hari mulai gelap, cahaya-cahaya dari lampu panggung tampak indah. Ia membuka sneakernya, dan menyelonjorkan kakinya.
"Capek banget ya?"
"Pegel"
"Sebentar."
Aku beranjak dari tempat duduk, membeli dua kaleng soda untukku dan untuknya.
"Thanks" katanya.
Di saat seperti ini, sialnya aku kehilangan kata-kata. Suara musik jazz terus mengalun merdu dari panggung di depan kita. Aku melihat jarinya bergerak mengikuti irama dari musik, sambil sekali-kali ia bersenandung mengikuti melodi. Oh Tuhan, terimakasih engkau masih mengizinkanku untuk merasakan jatuh cinta lagi.
"Dah yuk, nonton lagi!" ia beranjak dari tempat duduknya dan menarik tanganku. Ya Tuhan, jantungku berdetak cepat, dadaku berdesir, efek kupu-kupu di perut. Tolong, aku ingin hari ini tidak cepat berlalu.
Doaku terkabul, hari itu tidak turun hujan. Aku kembali mengantarnya pulang dengan sebelumnya aku mengajaknya makan malam di warung tenda pinggir jalan.
***
Hari Senin, aku kembali bertemu dengannya di kantor. Untuk diketahui, aku dekat dengannya baru seminggu, jadi kamu semua jangan berharap ada hal romantis yang terjadi di kantor. Di kantor kita hanya berbincang seperlunya, kadang hanya berbincang lewat Whatsapp atau lewat e-mail saja.
"Nanti temenin aku ke cafe di bawah kantor yuk." sebuah pesan Whatsapp darinya masuk ke handponeku.
Tanpa basa-basi aku mengiyakan ajakannya.
Tibalah saatnya mengapa pada awal cerita ini aku tuliskan tidak selamanya jatuh cinta menyenangkan. Di cafe itu ternyata ia bertemu tunangannya, ia mengenalkan tunangannya kepadaku. Demi Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, seketika hatiku hancur, aku pikir ia yang kemarin aku ajak pergi menonton festival itu masih melajang, ternyata ia sudah bertunangan.
*) Ditulis setelah pulang kantor, dan tak sengaja melihat ia yang dijemput oleh kekasihnya.
**) Ditulis untuk wanita yang semalam duduk di sebelah dan melepas sneakernya, "Pegal" katanya.
0 saran:
Post a Comment