Aku selalu merasakan ramai di tempat sepi.
Hatiku penuh dengan warna-warni, jingga, kuning, biru, merah jambu, dan senyummu, deretan geligi yang memenjarakan rasa yang tak sudah-sudah.
Aku selalu membayangkan kau duduk di hadapanku lengkap dengan buku harian, dan crayon warna warni, dan cat air yang kamu beli di akhir minggu kemarin.
Kamu menggambar wajahku yang berubah biru, kau mewarnai alis mataku dengan warna ungu, telingaku dengan warna kuning, dan mataku berwarna hitam.
Aku tidak tahu maksud dari warna-warna itu, dan aku tak mau tahu.
Aku selalu merasa sepi di tempat ramai.
Seperti gedung bioskop, kedai kopi mimpi, atau warung kopi yang buka 24 jam dan sering dijadikan tempat bermain judi oleh orang-orang asing yang aku tidak tahu mereka pulang kemana.
Aku membayangkan kau datang dengan membawa buku harian, lalu kau menceritakan tentang masa depan. Tentang kau yang ingin pergi ke negara matador, dan membuka usaha makanan bersama teman.
Aku tidak pernah merasa sendirian.
Ada kau, dia, dan dia yang mengisi hari-hariku yang membosankan. Tidak ada alasan yang tepat untukku merasa sendirian. Semesta selalu mengulurkan tangan-tangan ajaibnya. Kendati aku kadang lupa untuk berdoa.
Aku tidak pernah merasa kesepian.
Walaupun tengah malam saat pulang dari bertemu teman-teman. Walaupun ayah, ibu, dan adik-adikku tak ada di rumah saat aku membuka mata di akhir pekan.
0 saran:
Post a Comment