Wahid Sabillah's

Personal Blog

Tentang Kehilangan dan Trauma

Leave a Comment

"Kalau kamu, pernah punya trauma?"
"Aku punya trauma. Kamu tahu kan kalau Bapak belum lama kecelakaan. Waktu itu kan memang baru pertama kali aku berhubungan sama rumah sakit, dan ternyata bapak harus dioperasi."
"yang waktu kamu cuma berdua doang kan di rumah?"
"Nah itu. Sampai sekarang masih berbekas banget di kepala. Gimana sedih dan gak tau harus ngapain waktu itu. Ngurus surat-surat ke kantor polisi, dan harus ngeluarin uang. Walaupun memang mereka cukup membantu. Kalau gak ada mereka mungkin aku dan keluarga akan ngeluarin uang lebih banyak dari itu."
"Tapi kan akhirnya semua selesai kan?"
"Ya selesai, tapi meninggalkan rasa trauma yang berlanjut. Apalagi setelah itu beberapa kali harus ke rumah sakit lagi karena adek dan ibu jatuh dari motor waktu itu."
"Tambah trauma dong ya?"
"Ya begitulah"

***

"Punya trauma yang mendalam gak?"
"Ada... gue trauma banget sama telpon dari keluarga di jam kantor."
"Kok?"
"Kejadian ini terjadi pas nenek gue meninggal. Gue dan nenek kan serumah, pas gue berangkat kantor beliau masih biasa aja, walau katanya agak sesak. Ya beliau memang sering sesak, tapi setelah minum obat biasanya baikan. Gue gak punya pikiran apa-apa tuh waktu itu. Sampai akhirnya pas makan siang, gue ditelpon sama adek gue yang udah nangis sesenggukan. Gue buru-buru pulang."
"Terus?"
"Pas sampe rumah, gue liat nenek gue udah gak sadar. Tapi gue masih penasaran, beneran gak dia udah pergi. Jadilah gue minta tolong pakai mobil orang buat ke rumah sakit. Buat ngeyakinin aja"
"Dan..."
"Dan ternyata beliau memang sudah pergi selama-lamanya pada hari itu. Yang gak bisa gue lupain adalah kenangan baiknya."
"Terus ada lagi gak yang buat lo trauma?"
"Sebelumnya gue punya trauma lagi sama yang beginian nih. Kehilangan itu memang bikin trauma yang cukup di diri gue. Dalam dua tahun, gue ditinggal sama tiga orang yang mengisi hidup gue dari kecil. Yang pertama nenek gue, yang kedua kakak sepupu, yang ketika nenek gue lagi."
"Berat dong ya?"
"Ya begitulah, duka yang satu belum selesai, duka yang lain datang lagi. Tapi bagaimanapun gue harus menerima itu dengan ikhlas. Kan raga ini dipinjamkan"

***

"Lo pernah kehilangan gak?"
"Pernah lah. Waktu putus sama pacar pertama karena LDR."
"Terus?"
"Move on nya lama. Gue butuh beberapa tahun untuk bisa move on dari dia. Orang yang gue anggap akan bareng-bareng gue selama-lamanya dalam hidup, ternyata harus pergi dengan cap mantan"
"Emang lo pacaran berapa tahun?"
"Dua tahun lebih lah."
"Lo pasti waktu itu kehilangan banget ya?"
"Iya lah, pasti. Pacar pertama, dan paling lama. Orangnya si gak masalah, tapi kenangannya itu kadang yang gakbisa bikin tidur bermalam-malam"
"Terus sekarang?"
"Udah biasa aja si. Gue kan lagi jatuh cinta."

***

"Apa yang paling lo takutin saat ini?"
"Kehilangan."
"Maksudnya?"
"Gue takut kehilangan orang-orang yang gue sayang, dan gue lagi sering terbayang bagaimana nasibnya kalau misalnya gue yang pergi duluan."
"Kok?"
"Gue gak tau apakah nanti ketika gue pergi, orang-orang akan mengingat gue dengan baik, dan merindukan gue. Atau malah orang-orang senang, karena satu orang penghancur suasana telah pergi dan tak akan pernah kembali lagi."
"Iya... gue juga pernah kebayang si kalau kehilangan orang-orang yang gue sayang. Gue pasti trauma juga"
"Iya... Setiap hari kita pergi, ke mana aja, kadang kita terdistraksi masalah dunia, tapi padahal kehilangan orang yang sayang itu sedekat jam delapan pagi masih ketemu, jam setengah sembilan bisa aja orang itu udah gak ada untuk selama-lamanya."
"Tinggal kita aja yang berbuat baik kepada semua orang ya."
"Ya"


Next PostNewer Post Previous PostOlder Post Home

0 saran:

Post a Comment